
Sebelum membahas mengenai pengaruh media sosial terhadap pendidikan,
sebaiknya terlebih dahulu membahas mengenai pengertian media sosial itu
sendiri.
Media sosial merupakan sebuah media online, sehingga para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, dan lainnya. Blog dan jejaring sosial merupakan bentuk media
sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Jejaring
sosial mengalami perkembangan sangat pesat saat ini. Jejaring sosial merupakan
sebuah situs yang memungkinkan kita untuk berhubungan dengan teman atau saudara
untuk berbagi foto, video atau informasi lainnya tergantung dari sifat media
sosial tersebut, bisa harus menjadi teman dahulu atau yang sifatnya open ( bisa
dibuka siapa saja ).
Perkembangan dari media sosial ini sungguh sangat pesat, ini bisa dilihat
dari banyaknya jumlah anggota yang di miliki masing - masing situs
jejaring sosial ini, berikut tabel jumlah anggota dari masing -
masing situs yang di kutip dari (August E. Grant:297) pada 1 mei 2010 :
No
|
Nama situs
|
Jumlah member
|
1
|
Facebook
|
250.000.000
|
2
|
Myspace
|
122.000.000
|
3
|
Twitter
|
80.500.000
|
4
|
Linkedin
|
50.000.000
|
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan “Media sosial sebagai
sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar
ideologi dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content".
Dalam sebuah pendidikan, media sosial sangat berperan penting, sehingga
menimbulkan dampak positif dan negatif pada sebuah pendidikan. Dampak
positifnya, media sosial sangat membantu dalam dunia pendidikan, dimana semua
ilmu pendidikan dapat dengan mudah di cari dan di tela'ah melalui media sosial,
tidak hanya berpedoman pada sebuah buku pelajaran, tetapi dengan adanya media
sosial, pelajar dapat mencari sebuah hal-hal baru dalam dunia pendidikan yang
akan selalu terjawab dalam media sosial. Selain itu, dengan
didukung perkembangan TIK yang semakin canggih,
banyak sekali hal yang dapat dilakukan. Misalnya, mengadakan kelas virtual merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan social media
ke arah yang positif. Menerapkan e-learning dan mempermudah sistem
administrasi, kedua hal ini juga dapat dilakukan. Namun sayang, hal ini masih menjadi wacana
untuk dasar pendidikan sekolah di Indonesia. Sedangkan di tingkat perguruan
tinggi, banyak yang mulai berani menerapkan teknologi sebagai roda pengggerak dari sistem
kampus itu sendiri.
Sedangkan dampak negatif yang timbul di karenakan salahnya penggunaan media
sosial. Misalnya, banyak sekali pelajar yang menjadikan media sosial sebagai
sarana untuk mengekspos diri sendiri, bukan untuk mencari ilmu pendidikan,
sehingga pelajar tersebut terjebak dalam media sosial, dan dapat merusak pola
pikir mereka.
Dalam
perkembangannya saat ini, mengakses internet dan membuka situs jejaring sosial
dapat dilakukan melalui telepon seluler. Hal ini cukup membuat dampak dari
jejaring sosial sangat dirasakan dikalangan pelajar. Masalahnya adalah banyak
pelajar yang mengakses situs jejaring sosial tersebut dari telepon seluler
mereka pada saat proses pembelajaran berlangsung. Akibatnya para pelajar tidak
serius mengikuti pelajaran yang berlangsung, sehingga konsentrasi mereka hanya
terpusat pada jejaring sosial yang mereka akses melalui telepon genggam.
Melihat keadaan ini, lambat laun motivasi belajar mereka juga akan mengalami
penurunan. Motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prestasi seorang
pelajar. Jika motivasi atau keinginan pelajar untuk belajar rendah, maka yang
terjadi adalah prestasi mereka juga akan mengalami penurunan. Hal inilah yang
sangat menghawatirkan dalam dunia pendidikan.
Dari paparan
dampak situs jejaring sosial di atas, adapun langkah strategis yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu:
1.
Memberikan Pemahaman kepada Pelajar Tentang Bahaya Situs Jejaring Sosial.
Langkah ini perlu dilakukan agar para pelajar tahu bahaya dari penggunaan
situs jejaring sosial, dan dapat menggunakannya secara lebih bijak. Selain itu
langkah ini juga dapat menimbulkan rasa waspada kepada pelajar sehingga dalam
menggunakan situs jejaring sosial mereka lebih berhati-hati.
2.
Usahakan Untuk Tidak Memberikan Telepon Seluler yang Dapat Mengakses
Internet (situs jejaring sosial).
Kecanggihan alat komunikasi sekarang ini telah memungkinkan telepon seluler
untuk mengakses internet. Bahkan beberapa merek telepon seluler ternama
berlomba-lomba mengeluarkan produk yang memiliki kecanggihan dan kemampuan
akses internet, yang memungkinkan penggunanya mengakses situs jejaring sosial
dengan sangat mudah. Hal ini dapat menyebabkan siswa kecanduan mengakses situs
jejaring sosial dengan telepon seluler mereka.
3.
Mengawasi Pelajar dalam Berinternet atau Berjejaring Sosial.
Pengawasan
terhadap pergaulan siswa dalam jejaring sosial dunia maya sangat diperlukan,
karena jika siswa tidak diawasi mereka akan dengan mudah mengakses situs
jejaring sosial tersebut dan menggunakannya kearah yang tidak baik. Pergaulan
mereka yang salah dapat membuat mereka melawan perkataan orang tua, dan usaha
kita untuk menyelamatkan anak untuk tidak menggunakan akses internet secara
berlebihan akan sia-sia dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Pergaulan
anak yang bebas dan pengaruh dari teman-teman juga dapat memudahkan anak untuk
mengakses situs jejaring sosial dengan mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar