Jumat, 09 Desember 2016

PEMBAGIAN HADIS DARI SEGI KUALITAS SANADNYA




  




BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Hadits yang dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan dan hal yang berhubungan dengan Nabi Muhammad saw. Dalam tradisi Islam, hadits diyakini sebagai sumber ajaran agama kedua setelah al-Quran.
Disamping itu hadits juga memiliki fungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat al-         Qur’ansebagaimana dijelaskan dalam QS: an-Nahl ayat 44. Hadits tersebut merupakan teks kedua, sabda-sabda nabi dalam perannya sebagai pembimbing bagi masyarakat yang beriman. Akan tetapi, pengambilan hadits sebagai dasar bukanlah hal yang mudah. Mengingat banyaknya persoalan yang terdapat dalam hadits itu sendiri. Sehingga dalam berhujjah dengan hadits tidaklah serta merta asal comot suatu hadits sebagai sumber     ajaran.
            Adanya rentang waktu yang panjang antara Nabi dengan masa pembukuan hadits adalah salah satu problem. Perjalanan yang panjang dapat memberikan peluang adanya penambahan atau pengurangan terhadap materi hadits. Selain itu, rantai perawi yang banyak juga turut memberikan kontribusi permasalahan dalam meneliti hadits sebelum akhirnya digunakan sebagai sumber ajaran agama  Mengingat banyaknya permasalahan, maka kajian-kajian hadits semakin meningkat, sehingga upaya terhadap penjagaan hadits itu sendiri secara historis telah dimulai sejak masa sahabat yang dilakukan secara selektif.
B. Rumusan masalah 
1.pembagian hadist dari segi kualitas sanadnya
2.  Apa pengertian  hadis shahih ?
2.  Apa saja syarat- syarat hadis shahih ?
3. apa pengertian hadist hasan ?
4.  bagaimana pembagian hadist hasan
5. Pengertian hadis Dha,if  ?

    BAB II
Pembahasan

A.      Pembagian hadis dari segi kualitas sanadnya

Penentuan tinggi rendahnya suatu hadist tergantung pada tiga hal yaitu :
1. jumlah rawi
2. Kedaan rawi
3. keadaan matan
Ketiga hal tersebut menentukan tinggi rendahnya suatu hadist.bila dua buah hadis menentukan keadaan rawi dan keadaan matan yang sama .maka hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi  lebih tinggi tingkatannya dari hadist yang diriwayatkan oleh satu orang rawi dan hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi dan hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi lebih tinggi tingkatannya  dari hadist yang diriwayatkan oleh dua orang rawi/
Jika dua buah hadist memiliki keadaan matan jumlah rawi atau sanad yang sama,maka hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang kuat ingatannya ,lebih tinggi tingkatannya dari hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah tingkatannya,dan hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang jujur lebih tinggi tingkatannya dari hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang pendusta.
Pendapat lain membatasi jumlah mereka empat puluh orang,bahkan ada yang membatasi cukup dengan empat orang pertimbangan bahwa saksi zina ada empat orang.kata-kata (dari sejumlah rawi yang semisal dan seterusnya sampai akhir sanad) mengecualikan hadist ahad yang pada sebagaian tingkatannya terkadang diriwayatkan oleh sejumlah rawi mutawir.
Contoh hadist yang artinya :
Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dari niat

Awal hadist tersebut adalah ahad namun pada pertengahan sanadnya menjadi mutawwir .maka hadist ini bukan termasuk hadist nutawwir.   
            Kata-kata sandaran mereka adalah pancaindra seperti sikap dan perkataan beliau yang dapat dilihat atau didengar sabdanya.misalnya,para sahabat menyatakan “kami melihat nabi saw berbuat begini” dengan demikian mengecualikan masalah-masalah keyakinan yang disandarkan pada akal,seperti pernyataan tentang keesaan firman allah dan mengecualikan pernyataan-pernyataan rasional murni,seperti pernyataan bahwa satu itu separuhnya dua.hal ini dikarenakan bahwa yang menjadi pertimbangan adalah akal bukan khabar dari rasulullah.
            Jika dua hadist memiliki rawi yang sama keadaan jumlahnya,maka hadist yang matannya seiring atau tidak bertentangan dengan ayat-ayat al qur’an ,lebih tinggi tingkatannya dari hadist yang matannya buruk atau bertentangan ayat-ayat al qur’an.tingkatan hadist adalah taraf kepastian atau taraf dugaan benar atau palsunya suatu hadist benar-benar berasala dari rasulullah.
            Hadist yang tinggi tingkatannya berarti hadist yang taraf kepastiannya atau tinggi taraf kepastiannya atau tinggi taraf dugaan tentang benarnya hadist itu berasal dari Rasulullah saw.hadist yang rendah tingkatannya berarti hadist yang rendah taraf kepastiannya atau taraf dugaan tentang benarnyaia berasal dari Rasulullah saw.tinggi rendanya tingkatan suatu hadist menentukan tinggi rendahnya kedudukan hadist sebagai sumber hukum atau sumber islam.
            Para ulama membagi hadist dalam tiga tingkatan yaitu hadist sahih,hadist hasan,hadist dhoif,pada umumnya para ulama tidak mengemukakan jumlah rawi,keadaan rawi,keadaan matan dalam dalam menentukan pembagian hadist-hadist tersebut menjadi hadist sahih,hadist hasan,hadist dhoif.tetapi sebagaian ulama lagi membatasinya dengan keadaan rowi dan matan hadist. 
1. Hadist Sahih
A.Pengertian  Hadist Sahih
Hadist sahih menurut bahasa berarti hadist yang bersih dari cacat,hadist yang memang benar dari rasulullkah saw.batasan hadist sahih yang diberikan oleh ulama antara lain hadist sahih adalah hadist yang susunan lafaznya tidak cacat dan maknanya tidak menyalahi ayat  (Al Qur’an,Hadist mutawwir atau ijmaq serta rawinya adil dan dhabit.
Contoh Hadist Sahih yang artinya
Artinya : Diceritakan dari malik dari zunad  dari A’roj dari abi hurairoh sesungguhnya rasulullah berkata jika tidak memberatkan kepada umatku ,maka saya akan  memerintahkan mereka untuk bersiwak(gosok gigi)

Hadist diatas termasuk daalam kategori sahih karena diriwayatkan dari jalan A’roj.
Definisi ibn ash-shaleh
Abu amir ibn ash shaleh mengatakan
Hadist shahih adalah musnad yang sanadnya muttashil mulai periwayatan orang yang adil lagi dahhabit dari orang yang adil lagi dahhabit (pula) sampe ujungnya , tidak syadz dan tidak muallal ( terkena’ illat)
2. Definisi imam nawawi
Hadis shahih adalah hadis yang muttashil sanadnya melalui( periwayatan) orang-orang yang adil lagi dahhadit tanpa syiadz dan illat . yang dimaksud orang-orang adil lagi dahhabit adalah para perawi dalam sanad itu , yakni diriwayatka oleh perawi yang adil lagi dahhabit dari perawi yang adil lagi dahhabit( pula) dari awal sampe akhirnya.
Dari uraian diatas hadist shahih harus memenuhi lima syarat :
a. muttashil sanadnya . dengan syarat ini dikecualikan hadis munqathi , mu’dhal,mu’allaq mudallas dan jenis jenis lain yang tidak memenuhi kriteria muttashil ini .
b. pera wi perawi adil. Yang dimaksud adalah orang yang lurus agamanya baik pekertinya dan bebas dari kefasikan dan hal-hal yang menjatuhkan keperawiannya .
c. perawi-perawi dhabit. Yang dimaksud dengan dahhabit adalah orang-orang yang benar-benar sadar ketika menerima hadist, paham ketika mendengarnya dan menghapalnya sejak menerima sampai menyampaikannya .
d. yang diriwayatkan tidak syadz . yang dimaksud syadudzudaz ialah penyimpanag para perawi qisiskan terhadap orang yang lebih kuat darinya.
B. Syarat-Syarat Hadist  Sahih
Menurut muhadditsin, suatu hadis dapat dinilai sahih apabila memenuhi syarat berikut.
Sanadnya bersambung ( Muttashil )
Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadits yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada diatasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara pertama.
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya ulama hadits menempuh tata kerja penelitian brikut :
a)      Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti.
b)      Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.
c)      Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang terdekat dengan sanad. Jadi suatu sanad dapat dinyatakan bersambung apabila : Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat ( adil dan dhabit ). Antara masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadits yang sah menurut ketentuan tahamul wa ada al hadits
  1. Rawinya bersifat adil
Menurut Al Razi keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu bertindak  taqwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan perbuatan mubah yang menodai muru’ah, seperti makan sambil berdiri di jalanan, buang air ( kencing ) di tempat yang bukan disediakan untuknya, dan bergurau yang berlebihan.
3.      Dhabit
Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya dengan baik, baik dengan hapalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannyaTidak ber’illat

4.      Tidak Syadz ( janggal )
Kejanggalan hadits terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul ( yang dapat diterima periwayatannya ) dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih kuat ( rajih ) daripadanya, disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke dhabitan atau adanya segi-segi tarjih yang lain.

Jadi hadits sahih adalah hadits yang rawinya adil dan sempurna ke-dhabit-annya, sanadnya muthasil, dan tidak cacat matannya marfu’ tidak cacat dan tidak janggal.


2. Hadist Hasan
A.Pengertian Hadis Hasan
Menurut bahasa hasan berarti bagus atau baik.Menurut Imam Turmuzi Hadist Hasan adalah yang kami sebut hadist hasan dalam kitab kami adalah hadist yang sanadnya baik menurut kami,yaitu setiaphadist yang diriwayatkan melalui sanad didalamnya tidak trrdapat rawi yang dicurigai berdusta,matan hadistnya,tidak janggal diriwayatkan melalui sanad yang lain pula yang sederajat.hadist demikian yang kami sebut hadist hasan.
Contoh Hadist Hasan yang artinya
Artinya : Diceritakan dari Muhammad Bin Amr dari Salamah dari Abu Hurairoh sesungguhnya Rasulullah berkata jika tidak memberatkan kepada umatku,maka saya akan memerintahkan mereka bersiwak (gosok gigi).
Menurut definisi At-Turmudzi di atas menunjukkan bahwa ia tidak secara tegas menyebutkan terjadinya persambungan sanad, atau keadilan dan kedhabithannya. Dengan ini dapat melahirkan pengertian bahwa hadits tersebut bisa jadi tidak memiliki kedhabithan yang sempurna, sebagaimana yang disyaratkan pada hadits shahih Akan tetapi selanjutnya disebutkan adanya sanad atau rawi lain yang meriwayatkan hadits ini. Kelemahan yang dimiliki sanad tersebut dapat dibantu oleh adanya sanad lain yang juga meriwayatkan hadits yang sama. Oleh karena itu ia menyebutnya hadits hasan.
Ibnu Hajar al-Asqalani memberikan definisi yang berbeda,
“Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kurang kuat hafalannya, bersambung sanadnya, tidak mengandung illat dan tidak syadz.”
Berbeda dengan definisi yang dikemukakan oleh at-Turmudzi, al-Asqalani tidak memperlihatkan adanya kelemahan dalam sanad-sanadnya, kecuali pada kekurang sempurnaan hafalannya. Dilihat dari sudut ini, definisi al-Asqalani terlihat lebih ketat atau lebih tinggi dalam memberikan batasan tentang hadits hasan.
Hanya saja, ia tidak mengemukakan tambahan definisi tentang adanya sanad lain terhadap hadits yang diriwayatkannya. Ini artinya, untuk memasukkan hadits menjadi hadits hasan tidak mengharuskan adanya syahid atau mutabi’.
B. Pembagian hadits hasan
a.Hasan Li-dzatih
Yang dimaksud hadits hasan li-dzatih ialah hadits hasan dengan sendirinya. Menurut Ibn ash-Shalah, pada hadits hasan li-dzatih para perawinya terkenal kebaikannya, akan tetapi daya ingatan atau kekuatan hafalan mereka belum sampai derajat hafalan para perawi yang shahih. Hadits hasan li-dzatih ini bisa naik kualitasnya menjadi shahih li-ghairih, apabila ditemukan adanya hadits lain yang menguatkan kandungan matannya atau adanya sanad lain yang juga meriwayatkan hadits yang sama (mutabi’ atau syahid).
b. Hasan li-ghairih
Yaitu hadits hasan bukan dengan sendirinya, artinya hadits yang menduduki kualitas hasan karena dibantu oleh keterangan lain, baik karena adanya syahid atau mutabi’. Dengan pengertian ini jelas, bahwa hadits hasan li-ghairih kualitas awalnya dibawah hadits hasan, yakni hadits dhaif.
Menurut Ibn ash-shalah, bahwa hadits hasan li-ghairih ialah hadits yang dalam sandaran atau sanadnya ada seseorang yang mastur (tak nyata keahliannya, yang belum diketahui), bukan pelupa yang banyak kesalahannya, tidak terlihat adanya sebab-sebab yang menjadikannya fasiq dan matan haditsnya diketahui baik berdasarkan hadits lain yang semakna.
Adapun kedudukan hadits shahih dan Hasan dalam berhujjah adalah sebagai berikut:
Menurut kesepakatan ulama ahli ilmu dan fuqaha, sepakat bahwa hadits shahih dan hasan dapat dijadikan hujjah. Meskipun ada ulama-ulama lain yang mensyaratkan bahwa hadits hasan dapat digunakan hujjah apabila memenuhi sifat-sifat yang diterima. Hadits secara umum telah memiliki sifat-sifat yang diterima, walaupun rawinya kurang dhabith, tetapi masih terkenal sebagai orang yang jujur dan bersih dari melakukan dosa.
3. Hadist  Dha’if
            A. Pengertian Hadis Da’if
Hadist da’if menurut bahasa berarti hadist berarti hadist yang lemah,yakni para ulama memiliki dugaan yang lemah atau rendah tentangnya benarnya hadist itu berasal dari Rasulullah saw.
Para ulama memberi batasan bagi hadist Da’if adalah hadist yang tidak menghimpun sifat-sifat hadist sahih,dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadist hasan.
Jadi hadist Da’if  itu bukan saja tidak memenuhi syarat-syarat hadist Sahih,melainkan juga tidak memenuhi syarat-syarat hadist Hasan.pada hadist Da’if itu terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadist tersebut bukan berasal dari Rasulullah saw. 
Menurut Nur ad-Din ‘Atar, bahwa definisinya adalah:
                        “Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat Hadits Maqbul.
Lebih tegas lagi dikatakan hadits dhaif karena:
a. Rendahnya kredibilitas dan kapasitas rawi, yang disebabkan:
1)   Faktor rawi yang nyata-nyata berbohong (maudhu’), tertuduh dusta (matruk), berlaku fasik, banyak lengah dan salah dalam periwayatannya (mu’allal), terindikasi menyalahi riwayat yang lebih tsiqoh (mudroj, maqlub, mudharib), tidak jelas identitasnya (mubham), berlaku bid’ah (mardud), lemah daya intelektualnya.
2)   Faktor sanad yang terputus pada mata rantainya, baik keterputusannya itu pada sanad pertama (mu’allaq), terakhir (mursal), satu sanad (munqathi’)  atau pada dua sanad berturut-turut (mu’dlal). Faktor matan yang tidak identik dengan nabi, seperti bersumber dari sahabat (mauquf), atau bersumber dari tabi’in (maqthu’).




















BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
berarti hadist yang bersih dari cacat,hadist yang memang benar dari rasulullkah saw.batasan hadist sahih Dengan penyusunan Makalah ini kita bisa mengetahui bahwa dalam pembagian hadist dari segi kualitas sanadnya.pembagiannya yaitu
1.Hadis Shahih
2.Hadis Hasan
3.Hadis Da’if
Hadist sahih menurut bahasa yang diberikan oleh ulama antara lain hadist sahih adalah hadist yang susunan lafaznya tidak cacat dan maknanya tidak menyalahi ayat  (Al Qur’an,Hadist mutawwir atau ijmaq serta rawinya adil dan dhabit.
Menurut bahasa hasan berarti bagus atau baik.Menurut Imam Turmuzi Hadist Hasan adalah yang kami sebut hadist hasan dalam kitab kami adalah hadist yang sanadnya baik menurut kami,yaitu setiaphadist yang diriwayatkan melalui sanad didalamnya tidak trrdapat rawi yang dicurigai berdusta,matan hadistnya,tidak janggal diriwayatkan melalui sanad yang lain pula yang sederajat.hadist demikian yang kami sebut hadist hasan.Hadist da’if menurut bahasa berarti hadist berarti hadist yang lemah,yakni para ulama memiliki dugaan yang lemah atau rendah tentangnya benarnya hadist itu berasal dari Rasulullah saw.








DAFTAR PUSTAKA
Ø  Tim Al-Fath, Lembar Kerja Siswa Al-Fath Al-Qur’an Hadits, (Gresik: CV. Putra Kembar Jaya, 2008), 42.
Ø  Fadlil Said, Qawâid al-Asasiyyah Fî ‘Ilm Mushthalâh al-Hadîts,( Surabaya: Al-Hidayah,2004)
Ø  Muhammad ajaj al-khatib , ushul al-hadis, (Jakarta: gaya media pratama ,2007)
Ø  Hadi Saeful,Ulumul Hadist,(Yogyakarta:Sabda Media,2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar